Rabu, 13 Februari 2013

Ada Cinta di malam Valentine

Hariku datang, malam menjelang. Jelmaan siang hantui kelam. aku sendiri disini. dalam kegelapan malam. tak berani keluar dan tak berani menynetuh apapun. nyala lampu menjilat-jilat tengkuknya. nyala kipas angin, memutar-mutar debu di sekitarnya. sepertinya ia marah, aku tak tahu. apakah kau dapat melihatnya? ia marah padaku.
  Aku sedang terduduk di lapangan menteng, Bintaro. malam ini. di temani lampu taman. kau tahu, yang disana. di dekat pohon dan lampu putih itu. "Bukan! bukan yang itu" aku di sebelahnya. aku sendiri disana, perkenalkan. Aku Bela. aku tinggal di daerah bintaro sektor 5. aku memakai kawat di sekitar gigiku, dan bendo merah jambu di rmbutku. aku senang berjalan-jalan di sekitar taman, jikalah sore datang. dan aku sering menatap bulan dari taman. menurutku. cuman bulan yang mengerti aku. selain Film bioskop yang tak jelas. dan komik yang membuatku tertawa terbahak-bahak.
  Aku bukan pencinta Komik. aku hanya suka komik. apa saja. Korea? aku suka. tapi, aku tak fanatik. aku hanya sekedar suka. jika kau percaya, Lee min Ho. adalah orang yang aku gemari. Jackie Chan adalah orang yang aku banggakan, Muhammad Ali, adalah orang yang aku sayangi, dan Soekarno, adalah tokoh sepanjang masaku.
  Aku rasa Valentine bukan apa-apa. hanya segelintir kata tentang cinta. merayakan orang mati? kau mau? jika aku tidak. masa orangmati dirayakan. kan kasihan. aku tak mau menjadi orang yang dirayakan kematianku. memang kalian senang jika aku mati? walau aku sadar. aku tak banyak teman.
  Aku masih disini kok. Bela. menanti kekasihku. padahal aku belum punya pacar. lucukan. Bela, seorang wanita. menunggu kekasih di malam Valentine. tapi, aku tahu. siapa yang mau datang ke sini. ke Bintaro. orang-orangkan pada Gengsi kemari. karena dianggap Katro. menurutku mereka bodoh! sudah jelas-jelas ada dipandagan mereka, mengapa tak nikmati saja.
jika aku sering mempermalukan diriku sendiri, dengan berpura-pura menyapa patung di Mol. atau hanya sekedar salah masuk toko. itu tak masalah bagiku. kuanggap itu hal yang wajar. O. Ya. sampai di saat ini. aku masih menanti kekasihku.
"Mana ia? mengapa tak kunjung datang?"
tiba-tiba. seorang pria dan kekasihnya kulihat sedang bertengkar di persudutan jalan. sang wanita itu amatlah galak. aku tak yakin hubungan mereka bertahan. pasalnya kulihat sang wanita menjatuhkan Helm. dan marah besar pada sang pria. sepertinya mereka Putus. ya. mereka putus. wanita itu meninggalkan sang pria.
Wanita itu tampak menangis. dan sang pria. ia biasa-biasa saja. malah tersenyum. menurutku ia pria yang beruntun. karena masih bisa tersenyum. tandanya ia laku. jika sang wanita ia menangis karena tak laku lagi. entahlah! husyyyyy... mengapa pikiranku melayang kesana..... ya tuhan...

"Hei.. sendiri saja?..."
tiba-tiba suara itu muncul. siapa itu. ah! aku terkejut. seorang pria memakai kacmata mendatangiku.
"Boleh aku duduk" ucapnya.
"Aku menganguk.."
ia memerhatikan mukaku. agak lama. aku canggung.
"Kamu, Bela kan? sepertinya aku pernah mengenalmu.. dimana ya.."
mulai deh ni orang. sok dekat, sok kenal, sok-sokan lagi. ya jelaslah dia kenal aku. aku kan penulis cerpen di majalah. namaku sudah terkenal disana. B E L A. begitulah lantunannya.

"O.Ya, lo seorang penulis..."
"Ehm." sahutku.
"trus?" Aku agak jutek. mungkin sikapku ini yang membuat pria ogah dekat denganku.
"Hei, lihatlah aku..." ucapnya
Aku pun memberanikan diriku menatapnya. dan aku melihat, itu adalah Aji. teman sekelasku dulu.
"Oh aji..." jawabku standar. tiba-tiba otakku memutar hebat.
"Aji?.. Aji..... sudah lama kita tak jumpa ya..."
"Ya. iyalah. kemana aja Lo?.."
"Enggak. aku hanya menulis akhir-akhir ini. dan sedikit makan banyak. dan makan besar. buat melangsingkan otot ususku..
"Haha. kamu ada-ada saja..."

semenjak malam itu. aku dan Aji semakin dekat dan dekat, hingga kami pacaran. dan lihatlah setahun kmeudian. kami menikah dan mempunyai anak. namanya. Belaji. ia pria yang tangguh. panggilannya. Eji. ia mirip papahnya.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar